Jumat, 27 Agustus 2010

Kehidupan Seorang pemulung

Pengantar

Hidup adalah sebuah perjalanan yang kita tidak tahu kapan akan berakhir. Seperti halnya manusia yang setiap hari melakukan aktivitas tetapi mereka tidak dapat menebak apa yang akan terjadi kedepannya. Sikap saling menghormati sesama, saling menyayangi dan peduli sesama perlu ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari tanpa memandang status social mereka.

Tujuan dari kegiatan wawancara ini adalah untuk mewujudkan iman dalam kehidupan sehari-hari, dalam keterlibatannya pada masalah social kemanusiaan, agar iman lebih hidup dan menjadi sumber inspirasi. Selain itu tujuan dari wawancara untuk melatih kepekaan dan kepeduliaan sosial.

Alasan saya memilih objek petugas kebersihan karena mereka dapat menjadi inspirasi dan motivasi hidup. Menurut saya seseorang yang dapat menjadi inspirasi bukan orang yang memiliki derajat atau pangkat yang tinggi tetapi mereka yang dapat memberikan teladan yang baik bagi sesama. Pekerjaan ini merupakan profesi yang mulia, dan tidak semua orang dengan rela hati melakukannya pekerjaan ini karena menurut sebagian besar orang menjadi pengumpul sampah adalah pekerjaan yang rendahan yang sehari-hari berkumpul dengan sampah dan bau.

Banyak orang yang mengabaikan mereka dengan melihat status sosial mereka yang lemah, apalagi dengan memandang pekerjaan mereka yang hanya menjadi pengumpul sampah. Selain itu saya dapat belajar untuk menghargai keberadaan mereka karena sekecil apapun yang mereka lakukan sangat berarti bagi kehidupan kita.

Salah satu ayat yang dapat menjadi renungan yaitu “Hendaklah kamu sehati , sepikir dalam satu kasih,satu jiwa, satu tujuan dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia” ( Filipi 2:2)


Bagian I

Dalam tugas wawancara ini saya mengamati petugas kebersihan. Nama bapak itu Asep. Bapak Asep tinggal di punclut No. 149, beliau tinggal bersama anak dan cucunya. Bapak Asep berusia 74 tahun. Beliau seorang muslim. Bapak Asep berasal dari Garut tapi sejak tahun 1960 beliau mulai tinggal di Bandung. Bapak Asep pernah dua kali menikah istri yang pertama meninggal, lalu istri yang kedua meninggalkan beliau karena beliau tidak memiliki pekerjaan tetap.

Bapak Asep memiliki 4 orang anak, anak yang pertama bekerja sebagai buruh bangunan,anak kedua menganggur, anak ketiga menjadi sopir, anak keempat bekerja menjadi buruh bangunan. Semua anak bapak Asep hanya lulus SMP karena tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan anan-anaknya sampai jenjang yang lebih tinggi. Ia mulai bekerja tahun 1970 pada waktu itu beliau bekerja mengurus kebun rumah dokter ahli bedah. Pada waktu itu majikan bapak Asep orang Amerika, selain itu bapak Asep juga pernah bekerja pada orang jepang, selandia baru, Australia dan orang Indonesia.

Kegiatan bapak Asep sehari-hari beliau mengambil sampah dirumah-rumah penduduk di daerah Sukajadi Badung. Bapak Asep memulai aktivitas mulai pukul 07.00 sampai 12.00. Selain mengambil sampah di rumah-rumah penduduk bapak Asep menjadi tukang kebun di rumah seorang dokter di daerah Lembang. Bapak Asep bekerja di kebun satu minggu 3 kali. Ia bekerja dari hari senin-sabtu. Tiap hari minggu bapak Asep berjualan air minum dan gorengan antara lain bala-bala, tempe, pisang, ubi, tahu pada hari minggu di daerah padjajaran untuk menambah penghasilan. Dalam satu bulan bapak Asep mendapatkan gaji Rp 280.000,00 itu sebenarnya kurang untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam satu bulan tapi Beliau harus berusaha supaya uang Rp 280.000,00 cukup untuk satu bulan.

Kegiatan bapak Asep sehari-hari bekerja tanpa melupakan sholat 5 waktu. Ketika mendengar suara adzan bapak Asep berhenti bekerja dan menunaikan sholat setelah menunaikan sholat, melanjutkan kerja kembali. Semenjak usianya mulai senja bapak Asep jarang membaca alquran karena penglihatan beliau mulai kurang jelas membaca tulisan yang kecil.

Bulan puasa bapak Asep masih menunaikan puasa ramadhan tetapi tidak penuh satu bulan karena kesehatan bapak Asep kadang kurang sehat. Ketika hari raya idul fitri beliau merayakan di rumahnya bersama anak-anaknya dengan perayaan yang sederhana. Ketika hari raya idul fitri terkadang bapak Asep mendapatkan sembako dari warga.

Pengalaman religiositas bapak Asep ketika masih kecil bapak Asep rajin mengaji di masjid , rajin sholat 5 waktu dan rajin menunaikan puasa ramadhan. Setelah berbuka puasa bapak Asep sholat tarawih di masjid setelah itu mengikuti kegiatan membaca alquran. Ketika masih kecil bapak Asep rajin mengikuti kegiatan sahur keliling. Kegiatan dalam sahur keliling adalah membangunkan warga sekitar dengan cara jalan berkeliling sambil memukuli kentongan dan berteriak ”sahur,sahur”.

Kebiasaan bapak Asep ketika waktu senggang, senang berkumpul bersama tetangga untuk bercerita-cerita dan bercanda. Bapak Asep termasuk orang yang humoris ketika berbincang-bincang, beliau sering membuat lelucon. Menurut bapak Asep bercanda dan tertawa dapat menghilangkan rasa stres dan dapat menghidupkan suasana. Warga sekitar tempat tinggalnya sudah terbiasa dengan lelucon bapak nana. Hubungan bapak Asep dengan tetangga terjalin harmonis. Ketika bapak Asep sakit tetangga menjenguk dan mendoakan supaya lekas sembuh dan bisa beraktivitas kembali.


Bagian II

Pandangan Bapak Asep terhadap Agama lain yang berbeda dengan agamanya adalah beliau sangat menghargai orang-orang yang berbeda dengan agamanya misalnya pada saat Ia memungut sampah di rumah warga yang sedang melaksanakan acara keagamaan, beliau harus melewati rumah yang sedang melaksanakan acara tersebut dan melanjutkan kerumah warga lain sehingga Ia memperkirakan waktu selesainya acara yang sedang berlangsung dan kembali ketempat tersebut untuk mengumpulkan sampah.

Baginya agama lain harus dihargai dan dihormatinya dimana orang-orang yang menganut agama lain adalah sesama umat manusia yang saling membutuhkan. Ia juga menjelaskan bahwa di dalam agamanya mendapatkan pengajaran untuk saling menghargai dan menghormati orang-orang yang berbeda dengan agamanya.

Pekerjaan menjadi seorang pengumpul sampah bukan pekerjaan yang dicita-citakan oleh pak Asep. Sewaktu kecil tidak pernah terpikirkan oleh bapak Asep kalau kelak akan menjadi seorang pengumpul sampah. Berpuluh-puluh tahun bapak Asep menjalani profesi sebagai pengumpul sampah. Setiap hari berkeliling di rumah-rumah warga untuk mengambil sampah. Sewaktu awal-awal bekerja ia sering ditanya oleh penduduk di daerah sukajadi “kenapa kamu jadi pengumpul sampah?” tetapi ia hanya tersenyum kembali bekerja. Rendahnya pendidikan membuat bapak Asep tidak bisa mencari pekerjaan yang lebih layak.

Berbagai masalah sering dihadapi bapak Asep, terutama ketika beliau tidak mampu untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Sebenarnya beliau ingin anak-anaknya sekolah sampai jenjang yang tinggi supaya bisa merubah keadaan ekonomi keluarga dan tidak mengalami nasib yang sama seperti bapak Asep. Waktu itu bapak Asep sering sedih ketika melihat teman dari anak-anaknya berangkat sekolah tetapi anak-anak bapak Asep hanya berdiam diri di rumah karena tidak bisa bersekolah. Pada waktu itu anak-anak bapak Asep sering mengeluh kenapa orang lain bisa sekolah tetapi anak-anak bapak Asep tidak bisa sekolah. Dari semua anak-anak bapak Asep tidak ada yang bisa bersekolah sampai jenjang yang lebih tinggi.


Penutup

Melalui pelaksanaan kegiatan wawancara ini sangat banyak memberikan berbagai manfaat, makna, serta pengalaman hidup yang dapat direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Dari hal-hal kecil yang sering kita remehkan ternyata memiliki manfaat dan makna yang besar bagi lingkungan sekitar kita. Misalnya saja membuang sampah, kita bayangkan jika satu orang membuang sampah berupa kulit permen dijalan hal tersebut tidak memberikan pengaruh apa-apa tetapi setiap hari lebih dari satu orang membuang sampah dijalan yang sama akan memberikan pengaruh yang buruk bagi lingkungan. Jika tidak ada sosok seperti bapak Asep tidak dipungkiri lingkungan akan menjadi sangat kumuh.

Pengalaman baru yang saya peroleh sangat banyak antara lain belajar untuk mengatur uang, belajar untuk peduli terhadap sesama dan yang paling penting adalah saya menjadi lebih peka terhadap lingkungan sekitar saya. Manfaat bagi perkembangan hidup atau religiositas saya adalah menjadi lebih peka terhadap sesama.

Dengan demikian saya simpulkan Tuhan itu mempunyai rencana yang baik bagi hamba-hambanya. Dan janganlah kita menyerah menghadapi berbagai tantangan karena semua itu akan indah pada saatnya. ”Sebab itu terimalah satu sama lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah ”

( Roma 15:7)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar anda yang bersifat membangun dan sopan.